Jumat, 23 Desember 2011

Antara Mata dan Cinta (part 2)

 pada edisi pertama dalam note saya yang berjudul "diantara mata dan cinta (part 1)" saya sebagai mahasiswa program studi Refraksi Optisi bertanya-tanya bagaimana seorang yang tuna netra bisa merasakan cinta???
masalah ini sangat berhubungan dengan psikolog,
maka dari itu saya sebagai ahli optisi sngat tertarik pada seorang psikolog
sekarang ini sedikit saya temukan jawabannya................

'Pada umumnya orang menggambarkan cinta sebagai sesuatu yang indah dan mengagumkan. Tapi tidak sedikit juga yang menganggap bahwa cinta adalah tragedi. Orang-orang seperti itu dianggap salah dalam menilai dan mengartikan cinta. Arti sebuah cinta memang sering begitu sulit diterjemahkan. Tidak jarang jika ribuan bahkan jutaan lagu, puisi, cerpen dan novel, lukisan, atau karya seni lain yang bercerita tentang cinta telah dibuat orang. Semua itu untuk mencoba membuka rahasia besar tentang cinta. Dan naifnya, cinta tidak akan pernah jauh dari diri setiap orang. 
Cinta begitu dekat, begitu dapat dirasakan, begitu mudah disentuh. Karena cinta itu adalah nafas kehidupan. Cinta itu yang membuat dunia hingga saat ini belum mengalami kiamat.'

Dan bagaimana bagi seorang tuna netra dalam memandang arti dari cinta?  


Silahkan membaca kisahnya dibawah ini.

Cinta tak kenal penglihatan

Satu film mengenai kisah asmara kaum tunanetra mewakili sikap kaum tunanetra terhadap penampilan manusia.

Kita tidak perlu melek untuk picik.

Banyak orang mengajukan pertanyaan kepada kaum tuna netra, misalnya apakah bisa melihat mimpi, atau bagaimana kamu tahu letak mulut saat makan dan pertanyaan yang paling mengejutkan aalah: "Bagaimana anda bisa naksir seseorang kalau anda tidak bisa melihat dia?" Untuk memberi jawaban sederhana dan langsung kaum tunanetra akan menjawab: faktor suara, otak dan kepribadian yang pertama menggugah pandangan, atau untuk orang buta: yang menggugah pendengaran. Itu adalah jawaban bagus yang mudah dimengerti. Semua orang mendengar suara menarik di radio.

Suara adalah alat yang kuat dan berguna dalam menyampaikan humor, keisengan, kepintaran, kebaik-hatian dan perilaku. Suara anda adalah corong otak dan mengkomunikasikan kepribadian anda dengan efektif.

Cinta pada pandangan pertama memang hanya terjadi pada orang yang bisa melihat, sementara untuk orang tunanetra yang terjadi adalah cinta setelah diskusi pertama. Saya sering berpikir bahwa "kaum melek" agak sedikit cacat karena memiliki penglihatan. Saya sering melihat teman yang mengejar orang hanya karena wajahnya dan kemudian terluka sangat dalam karena keindahannya hanya sebatas permukaan, kepribadiannya busuk.

Tetapi wajah tampan dan menarik bagi kaum tunanetra bisa menjad rumit. Betapa saya ingin mengatakan bahwa kaum tunanetra tidak memiliki prasangka; tidak memperdulikan apakah anda seorang pangeran atau si buruk rupa dan tidak perduli dengan masalah-masalah tak penting. Tapi itu semua tidak benar.

Sangat sulit untuk hidup di Inggris dan tidak terlibat dalam perbincangan mengenai keindahan dan penampilan. Hal itu sangat penting bagu semua orang, dan juga bagi kaum tunanetra secara tidak langsung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar